Skrining
Pemeriksaan secara berkala bagi seluruh wanita terutama yang
memiliki faktor risiko menggunakan
Pap smear adalah cara yang efektif untuk mendeteksi dini
kanker leher rahim dan penanganan lebih
awal serta adekuat. Selain pap smear, metode lain adalah
inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) ataudengan Lugol’s Iodine (VILI) serta HPV-hybrid capture. Tes
tersebut mudah dilakukan dan memilikihasil yang efektif. Skrining dilakukan 3 tahun setelah aktif
secara seksual dan diulangi setiap tahunnya.
Tanda dan Gejala
Gejala paling umum dari kanker leher rahim adalah perdarahan
abnormal dari vagina atau flek (bercak) vagina. Perdarahan abnormal ini terutama terjadi setelah
berhubungan seksual, namun dapat muncul juga perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, menoragia,
atau bercak / perdarahan postmenopause. Bila perdarahan berlangsung dalam jangka waktu lama maka pasien
dapat mengeluh lelah dan lemas karena anemia yang dialaminya. Bercak kekuningan yang encer diikuti
dengan bau amis dapat merupakan tanda-tanda keganasan. Gejala biasanya baru muncul ketika
sel yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya.
Pada stadium lanjut, pasien dapat mengeluh bercak vagina
yang berbau, penurunan berat badan, dan
obstruksi (sumbatan) dalam berkemih. Apabila kanker sudah
menyebar ke panggul maka nyeri
punggung dapat terjadi diikuti dengan hambatan dalam
berkemih serta hidronefrosis (pembesaran
ginjal). Gejala kandung kemih maupun rektum (hematuri
<kencing berdarah>, hematoschezia < BAB
berdarah>, fistula) dapat berhubungan dengan penyebaran
ke kandung kemih serta rektum pada tumor invasif.
Untuk menjadi kanker serviks dibutuhkan waktu sampai belasan
tahun. Lesi (luka atau tanda) dini pada kanker leher rahim dapat berupa lesi indurasi (keras)
ataupun ulserasi (luka bernanah), atau daerah yang sedikit elevasi (meninggi) dan bergranul yang mudah
berdarah bila disentuh.
Penyebaran penyakit
Kanker leher rahim dapat menyebar ke berbagai macam organ.
Diantaranya ke kelenjar getah bening,
vagina, kandung kemih, rektum, endometrium (selaput dinding
rahim), dan ovarium (indung telur).
Masing-masing memberikan gejala yang berbeda-beda.
Penyebaran kanker leher rahim pada umumnya melalui peredaran kelenjar getah bening, penyebaran melalui
peredaran darah jarang terjadi.
Stadium
International of Gynecology and Obstetrics (FIGO) staging
system digunakan untuk evaluasi dan
diagnosis dari kanker leher rahim berdasarkan gejala yang
terjadi.
Stadium berdasarkan FIGO :
Stadium I.
Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah leher rahim (serviks)
Stadium
IA. Kanker invasive didiagnosis melalui
mikroskopik (menggunakan mikroskop),
dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak
lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar 7
mm
*) Stadium IA1. Invasi lapisan stroma sedalam 3 mm atau
kurang dengan lebar 7 mm atau kurang
*) Stadim IA2. Invasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya dan
dengan lebar 7 mm atau kurang
Stadium IB. tumor
yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau dengan pemeriksaan
mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm
*) Stadium IB1. Tumor yang terlihat sepanjang 4 cm atau
kurang
*) Stadium IB2. Tumor yang terlihat lebih panjang dari 4 cm
Stadium II.
Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai dinding panggul.
Penyebaran melibatkan vagina 2/3 bagian atas.
Stadium IIA. Kanker
tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium) sekitar rahim,
namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina
Stadium IIB. Kanker
melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding samping
panggul
Stadium III. Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan
melibatkan 1/3 vagina bagian
bawah. Stadium III mencakup kanker yang menghambat proses
berkemih sehingga menyebabkan
timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal
Stadium IIIA. Kanker
melibatkan 1/3 bagian bawah vagina namun tidak meluas sampai dinding
panggul
Stadium IIIB. Kanker
meluas sampai dinding samping vagina yang menyebabkan gangguan
berkemih sehingga berakibat gangguan ginjal
Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau
meluas melampaui panggul
Stadium IVA. Kanker
menyebar ke kandung kemih atau rectum
Stadium IVB. Kanker
menyebar ke organ yang jauh
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan radiologi
dada, ginjal, dan tulang, serta biopsi.
Gambar 3. Biopsi Kerucut pada Serviks (leher rahim)
Terapi
Operasi dan terapi radiasi adalah 2 modalitas utama di dalam
penanganan kanker leher rahim invasif.
Pada umumnya, operasi terbatas pada pasien dengan stadium I
dan IIA, sementara radiasi dapat
dilakukan pada semua stadium dari penyakit. Kemoterapi
merupakan penanganan pada pasien dengan stadium IVB atau mereka dengan kanker yang rekuren (sering
kambuh) yang tidak dapat dilakukan terapi radiasi maupun operasi. Masing-masing stadium
memiliki pilihan terapi utama yang dilakukan.
Pencegahan dan Deteksi Dini
Tidak seperti Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya yang
menyebar melalui cairan tubuh, HPV
merupakan virus yang menyebar melalui kontak dari kulit ke
kulit, karena itu penggunaan kondom
tidak sepenuhnya efektif karena kondom tidak meliputi
seluruh area kulit dimana HPV dapat
ditemukan. Deteksi dini terutama adalah melakukan pemeriksaan skrining
secara teratur 1 tahun sekali untuk mengetahui lesi prekanker. Pencegahan yang dilakukan adalah
menghindari faktor risiko diatas.
Vaksin HPV
Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker
leher rahim dan kutil kelamin karena
HPV. Vaksin tersebut bekerja dengan cara melindungi dari 4
tipe HPV yang paling sering menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16, dan 18, tipe yang
menyebabkan 70% kanker leher rahim dan 90% kutil kelamin. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and
Drugs Administration (FDA) pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 – 26
tahun.
Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu
pemberian awal, 2, dan 6 bulan berikutnya. Belum diketahui keefektifannya pada wanita yang hanya
menerima 1 atau 2 dosis saja. Karena ini sangat penting diberikan 3 dosis penuh untuk para wanita.
Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun, seberapa lama vaksin ini dapat
memberikan efek perlindungan masih belum jelas.
Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak seksual pertama
atau sebelum wanita terekspos dengan
HPV. Hal ini disebabkan karena vaksin mencegah penyakit pada
wanita yang belum terkena satu atau
beberapa tipe HPV yang dapat dilindungi oleh vaksin. Vaksin
ini tidak bekerja terlalu efektif pada
wanita yang sudah memiliki virus HPV di dalam tubuhnya
sebelum menerima vaksin. Efek samping
paling umum adanya nyeri ketika disuntikkan. Vaksin ini belum direkomendasikan pada wanita hamil karena
masih sedikit informasi mengenai keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini hanya bersifat
melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap
diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV.
Gambar 4. Gardasil, Vaksin HPV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar