21 November 2012

Stop Kanker Serviks


             
            Kanker serviks merupakan pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada serviks (leher rahim).
            Perubahan ini biasanya memakan waktu beberapa tahun sebelum berkembang menjadi kanker. Oleh sebab itu sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup lama untuk mendeteksi apabila terjadi perubahan pada sel serviks melalui skrining (papsmear atau IVA) dan menanganinya sebelum menjadi kanker serviks.
             
           
            Kebanyakan infeksi HPV dan kanker serviks stadium dini berlangsung tanpa menimbulkan gejala sedikitpun sehingga penderita masih dapat menjalani kegiatan sehari-hari. (7)
            Namun, jika dilakukan pemeriksaan deteksi dini dapat ditemukan adanya sel-sel serviks yang tidak normal yang disebut juga sebagai lesi prakanker. (7)
            Bila kanker sudah mengalami progresifitas atau stadium lanjut maka gejala-gejala yang dapat timbul antara lain: (7)
            1. Pendarahan setelah senggama.
            2. Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.
            3. Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau.
            4. Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil.
            5. Nyeri ketika berhubungan seksual.
            Jangan tunda untuk menghubungi dokter jika Anda menemui gejala tersebut.

            Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker. (11)
            HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab kanker serviks. (12)
            Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat berkembang menjadi kanker serviks. (13)
            Yang perlu diketahui mengenai virus HPV:
           

1.
HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. (14)
2.
Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan seksual. (14)
3.
HPV dapat bertahan dalam suhu panas. (15)





Tindakan pengobatan atau terapi sangat bergantung pada stadium kanker serviks saat didiagnosis. Dikenal beberapa tindakan (modalitas) dalam tata laksana kanker serviks antara lain: (16)
            1. Tindakan bedah (surgical treatment).
            2. Radioterapi
            3. Kemoterapi
            4. Terapi paliatif (supportive care) yang lebih difokuskan pada peningkatan kualitas hidup pasien. Contohnya: Makan makanan yang mengandung nutrisi, pengontrol sakit (pain control).


            Setiap perempuan berisiko terkena HPV penyebab kanker serviks dalam masa hidupnya tanpa memandang usia, latar belakang dan gaya hidup. (23-26)
            Setiap perempuan berisiko karena :(27-28)
            1. Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya. Mereka yang mengalami infeksi persisten jarang menunjukan gejala pada stadium awal, dan biasanya berkembang menjadi kanker serviks beberapa tahun kemudian.
            2. Setelah infeksi HPV, tubuh kita tidak dapat selalu membentuk kekebalan, maka kita tidak terlindungi dari infeksi berikutnya.


            Menikah / hubungan seksual pada usia muda.
            Sering melahirkan.
            Merokok.
            Berganti-ganti pasangan seksual.
            Infeksi menular seksual.

Pencegahan kanker serviks

            Pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari sistem imun didalam tubuh. (29)
            Vaksinasi merupakan pencegahan Primer. (29)
            Memberikan perlindungan yang adekuat terhadap infeksi HPV penyebab kanker serviks.
            o Melawan virus tersering dan agresif penyebab kanker.


            o Memberikan perlindungan tambahan dari tipe virus HPV lain yang juga menyebabkan kanker.
            Respon imun tubuh yang baik akan menghasilkan neutralizing antibodies yang tinggi.
            Dapat memberikan perlindungan jangka panjang.
            Memberikan perlindungan tinggi hingga ke lokasi infeksi (serviks).
            Profil keamanan yang baik.
            Affordable (terjangkau bagi lebih banyak perempuan).

            Untuk pencegahan infeksi oleh HPV onkogenik penyebab kanker, vaksinasi sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dapat diberikan mulai remaja putri berusia 10 tahun. (29)
            Walaupun demikian, hampir semua perempuan dapat memperoleh manfaat karena:
            1. Seorang perempuan dapat terkena HPV semasa hidupnya.
            2. Infeksi HPV terdahulu tidak memberikan kekebalan terhadap infeksi berikutnya. (30)
            3. Data menunjukkan saat seorang perempuan bertambah usia, infeksi HPV menetap dan berpotensi memicu lesi pra kanker dan dapat menyebabkan kanker. (31)

Rekomendasi pemberian vaksin
Perempuan berusia 10 – 55 tahun
Jadwal pemberian vaksin
Jadwal pemberian bulan 0, 1 atau 2, dan 6
Contoh :
Penyuntikan 1 : januari
Penyuntikan 2 : Februari/Maret
Penyuntikan 3 : Juli


            Bagi perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual, lakukan deteksi dini secara rutin. (2)
            Deteksi dini dapat mendeteksi sel abnormal, lesi pra-kanker dan kanker serviks namun tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV. (33)
            Kanker serviks yang ditemukan pada stadium dini dan diobati dengan cepat dan tepat dapat disembuhkan, oleh sebab itu lakukan deteksi dini secara berkala. (33)
            Resiko berkembangnya infeksi menjadi kanker serviks adalah 3-10 kali lebih tinggi pada perempuan yang tidak menjalankan deteksi dini secara teratur. (34-37)



             
            Pap smear dapat dilakukan pada saat pemeriksaan dalam rutin. Pap smear merupakan metode skrining yang sudah dikenal luas.
            Dokter Anda akan menggunakan spekulum untuk melihat serviks. Selanjutnya dengan menggunakan alat khusus (sikat yang halus), dilakukan pengambilan sel-sel di sekitar serviks. Kemudian sel-sel tersebut dipulas pada kaca objek dan dikirimkan ke


            laboratorium untuk diperiksa. Pap smear biasanya tidak nyeri, tetapi kurang nyaman bagi sebagian perempuan.
           
            Konsultasikan kepada Dokter Anda, kapan sebaiknya Anda melakukan pap smear

IVA adalah skrining yang dilakukan dengan memulas serviks menggunakan asam asetat 3-5% dan kemudian diinspeksi secara kasat mata oleh tenaga medis yang terlatih. Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal.


            Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan hasil pap smear yang abnormal.
            Pemeriksaan dengan kolposkop, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran untuk melihat kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi meliputi vulva dan vagina.
            Prosedurnya sama dengan pap smear, tenaga medis dapat melihat lebih dekat dengan alat kolposkop sehingga dapat memberikan saran pengobatan atau terapi atau tindak lanjut apa yang perlu dilakukan.
Pengambilan contoh jaringan (biopsi) kadang perlu dilakukan untuk diagnosa lebih lanjut, atau kadang serviks yang abnormal justru diterapi saat biopsi.
Apabila Anda merasa khawatir atau membutuhkan informasi lain, konsultasikan kepada Dokter atau pusat pelayanan kesehatan untuk informasi lebih lanjut.
Sumber : www.kankerserviks.com

Kanker Leher Rahim


Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian akibat kanker yang terbesar
bagi wanita di negara-negara berkembang. Secara global terdapat 600.000 kasus baru dan 300.000
kematian setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara berkembang. Fakta-fakta tersebut membuat kanker leher rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia, dan menempati urutan pertama di negara berkembang. Saat ini, kanker leher rahim menjadi kanker
terbanyak pada wanita Indonesia yaitu sekitar 34% dari seluruh kanker pada perempuan dan sekarang
48 juta perempuan Indonesia dalam risiko mendapat kanker leher rahim.

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang
menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun.

Kanker leher rahim sendiri merupakan keganasan yang dapat dicegah karena :
1. Memiliki masa preinvasif (sebelum menjadi keganasan) yang lama
2. Pemeriksaan sitologi (sel) untuk mendeteksi dini kanker leher rahim sudah tersedia
3. Terapi lesi preinvasif (bibit keganasan) cukup efektif



Faktor risiko
1. Ras
Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika
Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga
Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi

2. Faktor seksual dan reproduksi
Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan peningkatan risiko kanker
leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.
Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual
maka semakin meningkat risiko kanker leher rahim. Peningkatan paritas (jumlah kehamilan) juga
merupakan faktor risiko kanker leher rahim

3. Merokok
Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa.
Faktor risiko meningkat 2 kali dengan risiko tertinggi didapatkan pada orang yang merokok dalam
jangka waktu lama dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak)

4. Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko kankerleher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yangmenggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker leherrahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen penyebab infeksi

5. Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)
Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV,
dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak
ganas menjadi ganas)

6. Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)
Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi menggunakan penelitian
molekular pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV adalah penyebab
mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi sel ganas). Terdapat 138 strain HPV yang sudah
diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang
menyerang anogenital (dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di
manusia seperti 2 subtipe HPV dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan
pada 70% kanker leher rahim serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts
(kutil kelamin)

Back Links

freebanner4uSERIBU KAWANbertaubatlahiklanseribuartissexy17freebacklinks4usatriopiningitkatamutiara4usehatwalafiahiniinfo4uiklansahabat2billiontraffic4uiklanwargaseribusayangbloggratiss4usurgalokaSERBA SERBISENI LUKISTEMPLATE GRATISWARGA BISNISAGUS FAUZY4905GOBLOGANEKA VIDEOFECEBLOG 4UIsangrajamayasurgawebbabulfatahbacklinkgratis4uBUSANA MUSLIMseribukatamutiaramajelisrasulullahSERIBU KAWAN